Saturday, May 7, 2016

PENYAKIT HATI DAN KAEDAH RAWATANNYA




Rasa dengki atau dendam bukanlah tabiat semulajadi manusia, melainkan rasa dengki ini datang kerana adanya penyakit hati dalam jiwanya yang bersifat negatif yang dapat menyebabkan kehancuran pada dirinya.

Kadang-kadang kita sendiri tak sedar bila datangnya penyakit hati ini. Kebiasaannya, ia akan datang ketika hati kita sedang marah ataupun nafsu yang selalu datang dalam jiwa manusia sehingga manusia tidak dapat mengawalnya dengan baik.

Apabila penyakit hati itu datang, akibatnya kita tidak dapat mengeratkan tali silaturrahim dengan teman, saudara, tetangga, sahabat, dan semua orang di dunia kerana kita selalu berfikiran negatif, iri, dan dengki terhadap manusia.

Contoh mudah. Apabila seseorang merasa dengki dan iri hati terhadap saudaranya, ketika itulah syaitan dan nafsu akan menghasut ia untuk melakukan kejahatan, sampai ke tahap melakukan sihir. Bukankah sihir itu perbuatan mensyirikkan Allah. Dan ianya juga akan memutuskan tali silaturrahim.

Antara penyakit-penyakit hati ialah:

1) SOMBONG

Sombong adalah salah satu penyakit hati yang di benci oleh Allah SWT, seperti yang tersirat dalam surah Al-Qur’an berikut ini :

“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min: 76]

“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’: 37]

2) HASAD (IRI HATI & DENGKI)

Orang yang iri hati dan dengki selalu merasa susah bila melihat orang lain senang. Dan sebaliknya, ia akan merasa senang bila orang lain kesusahan. Biasanya orang yang iri hati dan dengki akan mencelakakan orang lain dengan lisan, tulisan, dan perbuatannya. 

Dari pengalaman saya dalam bidang rawatan, penyakit hasad inilah menjadi punca utama manusia sanggup melakukan sihir untuk memudharatkan saudaranya. Walaupun saudaranya itu langsung tiada sebarang kesalahan ke atas dirinya.

Firman Allah s.w.t:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Kerana) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebahagian dari kurnia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’: 32]

“Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki), sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu”. [HR. Abu Dawud]

3) RIYA

Riya adalah orang yang beribadah atau berbuat kebaikan dengan maksud mempamerkan kepada orang lain, agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik hati atau rajin/gemar beribadah dan berbuat kebajikan. Ciri-ciri riya yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan.

Firman Allah s.w.t:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia” [QS. Al-Baqarah: 264]

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” [Al Maa’uun 4-6]

“Riya membuat amal sia-sia sebagaimana syirik”. [HR. Ar-Rabii’]

“Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil”. [HR. Ahmad dan Al Hakim]

4) BAKHIL ATAU KIKIR

Bakhil atau kikir merupakan salah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mahu berbagi dan bersedekah kepada orang lain.

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari kurnia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Ali ‘Imran 180]

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” [Al Lail 8-11]

5) ‘UJUB (KAGUM DENGAN DIRI SENDIRI)

Penyakit hati ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.

Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah.

Abu Hamid Al-Ghazali mengkhabarkan sebagai berikut:

Aku mengetahui bahwa iri hati dan dengki adalah satu di antara sekian banyak penyakit hati yang parah. Semua penyakit hati hanya dapat diubati dengan ilmu dan amal. Ilmu yang bermanfaat bagi penyakit iri hati dan dengki adalah mengetahui sesungguh-sungguhnya bahwa sifat ini membahayakan pelakunya, baik terhadap dunia mahupun agamanya. Dan, harus juga diketahui bahwa ia tidak mendatangkan bahaya apa pun terhadap orang yang didengkikan itu, baik terhadap dunianya mahupun agamanya. Bahkan, perbuatan itu sebaliknya mendatangkan manfaat bagi mereka, baik terhadap dunianya mahupun agamanya.

Tetapi, meskipun engkau telah mengetahui semua ini, jika ternyata engkau tidak mahu menjadi musuh bagi hawa nafsumu dan tetap menemani musuhmu, pastilah engkau tetap menjadi pendengki. Berkenaan dengan bahaya iri hati dan dengki terhadap agamamu, maksudnya adalah bahawa dengan sifat ini, engkau tidak menyukai ketetapan Allah dan engkau tidak menyukai nikmat yang telah ditetapkannya bagi tiap-tiap hamba-nya. Engkau juga mengingkari keadilan Allah yang telah Dia tegakkan di tengah kerajaan-Nya dengan kemahabijaksanaan-Nya. Engkau mengingkari dan memandang rendah semua itu. Perbuatan semacam ini akan menjadi kejahatan yang akan merosakkan ketauhidan seseorang dan akan menjadi kotoran bagi keimanan. Tentu saja ini sebuah kejahatan terhadap agama.

Berkenaan dengan ubat yang dapat mengatasi penyakit hati ini, terkadang ianya dapat dilakukan dengan menetapkan di dalam hati untuk selalu redha akan ketetapan Allah; terkadang dengan menerapkan hidup zuhud terhadap dunia; terkadang dengan menyedari bahawa hal yang berhubungan dengan nikmat-nikmat tersebut tidak lain adalah kegelisahan di dunia dan hisab yang berat di akhirat.

Selain itu, ubat yang lebih tepat untuk menyembuhkan penyakit hati dapat ditemukan sesuai dengan penyebab terjadinya iri dengki, seperti kesombongan, rasa megah, dan berbagai penyebab lainnya. Tentu saja, penyakit hanya hilang jika penyebabnya dihilangkan. Kalau ternyata biang keladi penyakit ini tidak berhasil dihilangkan dan hanya berhasil diredam, pastilah penyakit akan terus berulang berkali-kali sehingga masa yang diperlukan untuk menyembuhkannya menjadi sangat panjang, selagi mana penyebab tersebut masih ada.

Jadi, selama seorang masih memiliki sifat gilakan kehormatan, pastilah orang itu selalu memiliki penyakit hati akibat pngaruh dari sifat gilakan kehormatan dan keinginan untuk mendapatkan tempat istimewa di hati manusia. Kalau itu terjadi, orang yang mempunyai sifat begini harus berusaha meredam nafsunya dan tidak menampakkan perasaan iri dengki dari dirinya tidak mungkin dilakukan.
Demikianlah pengkhabaran Imam Al-Ghazali.

Apabila kita sedang membicarakan penyakit hati yang membinasakan, perlulah kita mengingati peringatan Rasulullah melalui riwayat Imam Ahmad dari Zubair bin Awwam sebagai berikut:

Diriwayatkan dari Zubair bin Awwam, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Suatu penyakit umat-umat terdahulu sedang merayap kearah kalian, iaitu penyakit iri dengki dan benci. Kebencian adalah pemangkas; pemangkas agama, bukan pemangkas rambut. Demi Dia Yang jiwa Muhammad berada di tangan-nya, kamu tidak beriman sebelum kamu saling mencintai. Sukakah kamu kusampaikan sesuatu yang jika kamu lakukan maka kamu saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”

Diriwayatkan Al-Hakim dari Abu Hurairah, ia bercerita: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “umatku akan terserang penyakit umat lain. “para sahabat bertanya, “wahai Rasulullah, apa penyakit umat-umat itu?” Rasulullah menjawab, “kesenangan berlebihan (foya-foya), sikap kurang bersyukur, gemar mengumpulkan harta, tanajusy dalam urusan dunia, saling dengki, sampai timbullah kekejian.”

Al-Tanajusy merujuk kepada suatu persepakatan sulit antara penjual dengan seorang pembeli pasaran supaya menunjukkan keinginan membeli dengan harga lebih tinggi sedangkan sebenarnya pembeli tidak mahu membeli barangan berkenaan.

Jadi, ubat paling mujarab untuk mengatasi penyakit hati ini adalah dengan kembali kepada Allah dan selalu berpegang teguh pada ajaran islam. Ketikan iman telah bersemayam dalam hati para hamba, nescaya cinta Allah dan cinta Rasulullah membuat mereka tidak memiliki waktu untuk mendengki serta tidak memiliki ruang bagi kebencian dan kejahatan.

Seorang pembenci yang gemar memusuhi orang lain pasti tidak pernah terpisah dari iri hati dan kegemaran mengumpat, kecuali mereka yang dilindungi Allah. Terkadang, iri hati dan dengki yang menyebabkan permusuhan dan kebencian seperti mengakibatkan tindakan pembunuhan, perampasan harta, mengadu domba, merosakkan nama baik, melakukan sihir dan sebagainya. Seorang pembenci pastilah memiliki sifat iri hati dan dengki yang sangat besar.

Itulah sebabnya, sifat iri hati dan dengki yang merupakan penyakit hati yang merbahaya ini harus kita hindari. Sebagaimana halnya berbagai jenis penyakit lain, seperti dendam dan benci, yang juga merupakan faktor penyebab tipu daya dan perlakuan jahat yang terkutuk.

Nukilan ilhamku.



Friday, May 6, 2016

KELEBIHAN SOLAT BERJEMAAH





Solat jemaah ialah solat beramai-ramai yang sekurang-kurang bilangannya selain daripada solat fardhu Jumaat ialah 2 orang. Seorang menjadi imam dan seorang menjadi makmum. Semakin ramai bilangan jemaah maka semakin besar pula fadhilat pahalanya. Solat jemaah adalah berlainan hukumnya menurut jenis solat yang dikerjakan, iaitu:

** Fardhu ain pada solat Jumaat;
** Fardhu kirayah pada solat fardhu lima waktu; dan
** Sunat pada solat jenazah dan solat-solat sunat yang disunatkan berjemaah padanya, seperti solat dua hari raya, solat gerhana bulan dan matahari, solat minta hujan, solat terawih dan solat witir pada bulan Ramadhan.

Tuntutan berjemaah pada solat fardhu:

Tuntutan berjemaah pada solat 5 waktu yang selain daripada solat fardhu Jumaat, pada pendapat yang masyhur dan paling sohih menurut Imam an-Nawawi adalah tuntutan fardhu kifayah yang diwajibkan bagi orang-orang lelaki yang berakal, baligh, bermukim, mempunyai pakaian menutup aurat dan tidak mempunyai apa-apa keuzuran syarie.

Jadi bererti apabila sesebuah kampung atau mukim mendirikan solat jemaah di tempat yang dikira menzahirkan syiar Islam seperti di masjid atau surau, maka gugurlah dosa atas orang-orang kampung atau mukim yang tidak hadir bersolat jemaah. Tetapi sekiranya tidak didirikan solat jemaah maka semua penduduk kampung atau mukim itu berdosa.

Dalil tentang amat kuatnya tuntutan berjemaah itu ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim, bahawa, Rasulullah s.a.w pernah mengancam untuk membakar rumah orang yang meninggalkan solat berjemaah.

Imam Muslim pula meriwayatkan hadith daripada Abu Hurairah r.a:

“Ada seorang lelaki buta telah datang mengadu kepada Nabi s.a.w bahawa dia tidak mempunyai orang yang boleh memimpinnya pergi ke masjid. Oleh itu dia mengharapkan Baginda memberi kelonggaran kepadanya untuk bersolat di rumahnya. Pada mulanya Baginda telah membenarkannya, tetapi kemudiannya Baginda menarik balik kebenaran tadi setelah Baginda mengetahui bahawa si buta tadi dapat mendengar seruan azan solat yang dikumandangkan di masjid.”

Fadhilat (kelebihan) solat berjemaah:

Fadhilat solat berjemaah amat besar sekali berbanding dengan solat bersendirian. Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud:

"Solat berjemaah melebihi solat bersendirian dengan 27 darjat (atau 27 kali ganda)." 
(Hadith riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Sebenarnya fadhilat solat berjemaah adalah bertali arus, sambung menyambung, mengembang dan membesar. Orang yang bersolat jemaah bukan sahaja mendapat setakat 27 darjat, malah dia akan mendapat banyak fadhilat dan keuntungan sampingan lain lagi semasa dia berulang alik ke masjid dan semasa dia berada dalam masjid. Di sinilah kita dapat menilai diri kita sama ada kita sering ke masjid untuk solat berjemaah atau sebaliknya; atau seminggu setakat sekali sahaja iaitu untuk solat Jumaat.

Ayuhlah, marilah kita beramai-ramai mengunjungi masjid-masjid kita setiap kali kedengaran azan dikumandangkan, kerana laungan tersebut mengajak kita bersegera untuk bersama-sama bersembahyang.

حي على الصلاة
"Marilah bersembahyang"

Adakah kita bersegera ke masjid atau ke surau, adakah kita terus bersegera menangguhkan kerja yang sedang dilakukan, adakah kita terus bersegera menangguhkan seketika semasa kita sedang mempengerusikan atau sedang bermesyuarat?. Jawapannya ada pada kita sendiri. Kitalah yang mengemudikan jiwa dan raga kita. Janganlah hendaknya masjid atau surau “lengang” disebabkan oleh kita tidak hadir. Penat Bilal-Bilal melaungkan azan!


Pernahkah kita berfikir begitu? Kepada saudara-saudara mukmin lebih-lebih lagi yang sudah pernah menjadi tetamu Allah SWT, menunaikan fardhu haji, jagalah solat, sepertimana kita berada di Makkah atau Madinah. Ingatkah lagi kita solat di awal waktu dan berjemaah? Kita kembali ke tanah air dengan membawa banyak pahala dan ganjaran yang tidak terkira banyaknya, Insyallah. Kita juga telah mengharapkan haji yang mabrur, masih ingatkah apa yang diharap-harapkan itu? Jika kita masih meneruskannya ucapkanlah TAHNIAH kepada seluruh anggota badan kita kerana terus diberikan HIDAYAH oleh Allah SWT. Teruskanlah untuk memimpin diri, keluarga dan kalau boleh saudara-saudara kita yang lain. Ayuh saudara, Ayuh! Tinggalkan urusan dunia buat seketika jika dipanggil untuk bersembahyang.

Marilah kita rebut peluang yang sedang terbuka luas ini selagi hayat dikandung badan, selagi sihat sebelum sakit untuk menimba ganjaran dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah SWT, mudah-mudahan hidup kita di alam akhirat nanti mendapat kemuliaan. Sesungguhnya ibadah yang mula-mula dihisab ialah SOLAT kita. 

Kepada semua umat muslimin, ayuhlah kita setiap waktu tinggalkan seketika urusan dunia (termasuklah jika sedang bermesyuarat, apatah lagi menjadi pengerusi mesyuarat, maka utamakanlah fardhu kifayah itu), kita sama-sama ke masjid-masjid atau ke surau yang berhampiran menyahut seruan PAK BILAL yang setiap kali mengajak bersembahyang. Marilah menjadi CONTOH kepada anak-anak buah bawahan kita dengan meninggalkan perasaan “riak” dan “takabbur”, mudah-mudahan setiap saat kehidupan kita sentiasa diberkati Allah SWT. Ayuhlah kita menjaga solat kita sementara kita sihat, sebelum malaikat maut menjemput kita. 

Janganlah sampai ada sebab musabab yang seolah-olah kita menolak atau tidak mahu (barang dijauhkan Allah), tapi dalam masa yang sama kita hanya mencantikkan masjid sahaja tanpa kita sama-sama mengimarahkannya sentiasa. Di sinilah letaknya kekuatan kita, umat Islam, Umat Muhammad SAW. Mudah-mudahan semua makhluk termasuk binatang, gunung, bukit, sungai dan sebagainya tidak menimbulkan kemarahan kepada kita semua. Mari kita fikirkan sejenak kenapa air laut di suatu ketika membaham di beberapa tempat yang disebut  sebagai "SUNAMI" itu?

Begitu juga dengan gunung berapi yang memuntahkan lahar panasnya, gempa bumi yang berlaku di sana sini dan berbagai-bagai lagi musibah yang diberikan.

Ini menandakan betapa 'makhluk' Allah SWT itu telah menunjukkan kemarahannya sebagaimana yang telah digerakkan oleh Allah SWT melalui malaikat kerana kealpaan oleh umat manusia yang disengajakan, kemungkaran yang berleluasa dan berlarutan, begitu juga dengan kerosakan yang dicipta oleh manusia di darat, laut mahupun di udara.

Oleh itu marilah kita bersama-sama bermuhasabah diri bahawa kita merupakan insan yang dilahirkan untuk bersujud kepada Allah SWT setiap masa lebih-lebih lagi di dalam mengerjakan solat berjemaah 5 kali sehari semalam yang perlu dilakukan. Marilah seru dan pastikan keluarga kita sentiasa bersolat dengan secara berjemaah. Jika suami bersolat di rumah, maka suamilah yang mengimamkan solat. Elakanlah daripada bersolat bersendirian. . Kita juga perlu memastikan isteri bersolat bersama anak-anak jika suami bersolat di masjid.  Ayuhlah kita bersolat secara berjamaah setiap kali mendirikan solat lima waktu. Ingatlah akan kematian sebelum Allah SWT menjemput kita melalui Malaikat Izrail a.s.

Wallahua’lam.

Sumber ilhamku jua.